Pages

Rabu, 04 September 2013

The Conditions ^3^

                Hari yang sangat indah dengan cahaya mentari yang menyinari pagi begitu cerah tanpa awan menutupinya. Aku memandang langit sekali lagi. Tidak ada awan. Ah, rupanya awan sedang berkelana jauh menuju wilayah Asia, membawa sedikit kandungan air sehingga jatah hujan di Indonesia masih menunggu beberapa bulan lagi. Angin muson barat bertiup, membawa seonggok awan tak berbentuk jauh dari sekolahku ini. Duh, kenapa malah aku membahas awan, angin dan kawan-kawan.

    Oh ya, sebenarnya aku ingin bercerita kepada kalian bahwa di pagi ini aku telah memasang wajah yang berbeda dari biasanya, tanpa ekspresi. Ntah mengapa raut wajahku ini tak berbanding lurus dengan cerahnya cuaca hari ini. Aku ingat, kemarin aku pulang dengan tetesan air mata yang tertahan. Sial! Aku telah gagal membuat surat lamaran tugas Bahasa Indonesia itu sebanyak tiga kali. Aku sudah bahagia waktu itu, sebab hampir setengah surat “menyebalkan” itu aku selesaikan. Namun, tiba-tiba saja “bruuk!” suara tubrukan meja tulisku tersenggol dan membuat tanda coretan tak lebih dari satu sentimeter itu dan sukses membuatku teriak. “OH! NOOOO! Plakk tak brukkk” Suara teriakanku berbaur dengan suara lentingan pulpen yang ku lempar dan suara buku-buku yang bergeser di kolong mejaku. Kesal rasanya. Bayangkan saja, aku sudah menulis surat lamaran ini sebanyak empat kali dan GAGAL!. Ini kelima kalinya dan hampir finish tapi TIDAAAK, finally  GAGAL juga. Siapa yang tidak kesal, di siang hari yang menyengat dengan udara panas yang menyeruak di dalam ruang kelas, dengan perut keroncongan, dengan kepala yang panas akan tekanan mental menulis surat dengan pedoman EYD (No tip X, no ralat, no typo, dan no no lainnya, ahhh!) aku rasa kalian juga tidak akan tahan. Akhirnya dia pun pergi setelah meminta maaf atas kasus tak sengaja membuat tubrukan itu. Aku menatap nanar dengan tetesan air mata yang sedikit perih dan mendesak untuk keluar itu. Aku pun geram, ku kemasi semua barang-barangku dan sedikit gebrakan kunci motor sebelum meninggalkan ruangan kelas itu. Aku pun kesal ketika seseorang menanyakan ada apa yang terjadi.
    Aku diam membaca buku catatan yang berisi tugas yang diberikan minggu lalu. Diam. Aku menyadari semuanya hening. Tak ada satupun yang menegurku, jangankan menegur melihat ke arahku saja aku rasa mereka enggan karena tahu bahwa kondisi sedang tak stabil karena kejadian kemarin. Akhirnya akupun bosan. Aku pergi meninggalkan kebingaran kelas yang “sepi” bagiku itu. Sepertinya aku akan memandangi awan lagi kali ini dari ruangan besar tak berpintu di belakang sekolah yang bisa menampung 350-an lebih penghuni SMAN 1 Selong. Sebelumya aku duduk di tangga kedua ruangan itu, melihat ke atas dan ternyata yang kudapati hanyalah lukisan biru yang bersih tanpa ada noda titik putih sekalipun dari awan. Sekali lagi, aku lupa bahwa angin membawa awan pergi jauh. “Huhhh~” aku mendengus pelan. Dan aku kembali mengadukan semuanya pada-Nya. Tidak ada sedikitpun pengaduan yang bercampur benci, namun aduan itu hanya berisi pengharapan dan sejenisnya.
    Kembalilah pelajaran di kelas ini bertemakan “sibuk sendiri”. Maksudnya ya, jam kosong lagi. Kali ini apa? Guru yang sedang pergi menjenguk ibunya, guru yang sedang mengantarkan siswa berprestasi menuntut haknya, guru yang lupa kunci ruangan tempat praktikum, guru yang lupa membawa materi ajar atau guru yang benar-benar lupa ada KBM di kelas “terpencil” ini? Ntahlah, yang penting sekarang temanya “sibuk sendiri”. Sibuk bergosip ria ala cewek-cewek deretan belakang sebelah kanan, kesibukan para manager klub bola online, kesibukan mengerjakan tugas yang dikumpulkan usai jam kosong ini dan sebagainya. Aku? Sibuk memandang semua pemandangan konyol dan gila ala kelas bernama tempat judi ini “CASINO”. Aku terdiam untuk kesekian kalinya.
    Aku mengingat sesuatu telah ku siapkan di dalam tas. Beberapa buku pinjaman perpustakaan yang sudah lama berdebu di atas meja belajarku. Aku berniat mengembalikannya. Semoga saja aku tak mendapatkan denda yang cukup banyak karena hampir 2 bulan membiarkannya di rumah.
***
“ Yut, kamu mau ke mana?” Sapa seseorang yang duduk di sampingku.
“Kemana ya, ke perpus ni mau balikin buku. Mau ikut?” Ucapku cepat.
“Nggak deh, aku ada janji sama adek kelas keluar main ini”.
“Ohh”
    Aku menuju ke perpustakaan, dan ternyata cukup ramai dibandingkan hari-hari sebelumnya. Tumbenan nih, antrean pengembalian buku di killer women akan masalah pengembalian dan denda perpustakaan itu cukup panjang. Haha, bukannya kalo mau balikin buku kan mesti maen kucing-kucingan sama guru itu. Biasanya yang udah nilep buku lama kagak balikin-balikin atau memperpanjang rutin bakalan nunggu guru itu buat gak ada di tempat. Dan cukup lumrah, buat menyetor buku dengan batas peminjaman yang expired ke guru cowok yang masih cukup muda untuk menghindari pembayaran denda berlebih agar uang jajan utuh. Ah licik!, alah aku juga gitu kok. Baru berniat menyodorkan buku ke guru free fined, malah di cegat surat “beracun” yang di sana tertera nama dan kelasku lengkap. Apa ini? Aku buka dengan cepat dan kudapati kertas di dalamnya terlipat, membuatku sedikit canggung dengan isinya.

PANGGILAN SISWA YANG TERLAMBAT MENGEMBALIKAN BUKU PINJAMAN
Nama : Siti Raudatus Solihah
Kelas : XII/IPA1
Kepada siswa yang namanya diatas harap mengembalikan buku perpustakaan yang dipinjam. Buku yang dipinjam sbb :
1.      Look a head
2.      Let’s write English                                             Tgl. Kembali 19-07-2013
Jumlah hari keterlambatan 42  hari

Ya elah, ternyata surat teguran sekaligus surat “tuntutan” buat aku yang lalai mengembalikan buku. Sirna sudah harapan untuk mengembalikan buku tanpa fee yang sudah sangat terlambat ini. Yosh! Bagaimana lagi, ternyata siswa yang mendapatkan surat itu juga harus mengembalikan buku ke ibu perpus yang tentunya akan membayar denda sejumlah hari keterlambatan dikalikan 200 rupiah. Bukannya satu, aku malah terlambat 2 buku sekaligus. Double deh bayarnya -_-.
Untung juga aku yang cumin 42 hari, aku lihat si Z anak kelas Gesch telatnya udah lebih 100 hari. Amajing, amajing! Haha, mana udah gitu buku yang dia mau kembalikan berlipat-lipat. Dia sih, minjem buku perpustakaan atas nama orang lain, udah gitu kan tuntutan mengembalikannya juga banyak. Gak cumin itu! Ternyata ada yang lebih luar biasa lagi, si N dari kelas yang sama dengan si Zahi gak kalah hebatnya. Sudah 300 hari lebih dia belum mengembalikan buku, hampir setahun. Kalo mau bayar denda ya itungannya bisa beli buku yang dipinjemnya itu. Ckk..

Ini nih kalo telat, lalai dan tentunya meremehkan denda yang cumin 200 perak. Kalau sudah berlarut-larutkan jadi males dan tentunya dendanya MEMBENGKAK.


Hmm, besok-besok semoga 2 kejadian menyebalkan di atas gak terjadi lagi. Tentunya kejadian mengerikan tanggal 29 April itu juga semoga tidak akan terjadi lagi.
Ambil nilai dan semua manfaatnya saja ya_
terimakasih^^

0 komentar:

Posting Komentar