Pages

Senin, 02 September 2013

Program Pemerintah Pro-Global Warming!

 -Siti Raudatus Solihah-
Indonesia telah mencanangkan program swasembada daging pada tahun 2014 yang akan datang sebagai upaya pemenuhan daging bagi masyarakat dan pengurangan jumlah impor daging dari luar negri. Hal ini memicu berbagai daerah untuk mengembangkan potensinya dalam menyukseskan program tersebut. Salah satunya adalah NTB. Pemerintah daerah NTB mengeluarkan program yaitu program Bumi Sejuta Sapi (BSS).
Bumi Sejuta Sapi (BSS) adalah wilayah pengembangan peternakan sapi di NTB di mana telah tercapai populasi optimal sesuai dengan daya dukung wilayah (carrying capacity).  Pengembangan program BSS ini dilakukan di berbagai daerah di NTB seperti di Sumbawa dan Lombok. Di Pulau Lombok, daerah yang memiliki potensi untuk pengembangan program ini,  salah satunya yaitu Lombok Timur, tepatnya di Sembalun yang memiliki daerah perbukitan yang kaya akan sumber pakan ternak. Para peternak di daerah tersebut melakukan pengolahan limbah secara tradisional, seperti dengan menjadikan limbah ternak yaitu kotoran sebagai pupuk organik dengan cara dikeringkan. Padahal, pengolahan seperti itu akan menyebabkan lingkungan tercemar oleh gas-gas berbahaya. Situasi ini seharusnya sudah dipertimbangkan terlebih dahulu oleh pemerintah sebelum menerapkan program BSS.  
Swasembada daging tahun 2014 merupakan program pemerintah yang diprediksi dapat menimbulkan banyak efek buruk bagi lingkungan. NTB “memperburuk” keadaan dengan program BSS-nya dalam mendukung program pemerintah pusat tersebut.
Pemerintah memprediksi jumlah populasi sapi meningkat hingga mencapai  angka 1 juta ekor pada tahun 2013 ini. Peningkatan populasi sapi dapat memicu terjadinya global warming
            Global warming adalah peningkatan suhu rata-rata atsmosfer, laut dan daratan di bumi akibat efek rumah kaca. Global warming menyebabkan mencairnya es di Kutub Utara dan Kutub Selatan. Hal ini menyebabkan tenggelamnya pulau-pulau kecil dan berkurangnya luas daratan di dunia. Sejak tahun 2003, tercatat sekitar 2 ton es di daerah kutub mencair. Hal ini sangat memprihatinkan  karena dari tahun ke tahun tingkatan pemanasan global semakin tinggi yang menunjukkan bahwa kurangnya perhatian yang ada pada masyarakat dunia mengenai hal ini.
            Global warming disebabkan efek gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan dinitrogen oksida (N2O) yang terbuang ke atmosfer. Metana (CH4) merupakan gas rumah kaca yang memiliki dampak sekitar 30% dalam menyumbangkan emisi gas yang menyebabkan terjadinya global warming. Gas rumah kaca ini berasal dari berbagai sumber alamiah seperti pembusukan bahan-bahan organik dan antropogenik salah satunya berasal dari hewan memamah biak yaitu sapi. Proses pencernaan pada sapi akan menghasilkan kotoran yang mengandung gas metana yang 23 kali lebih berbahaya dibandingkan dengan CO2. Selain itu, kotoran sapi juga menghasilkan berbagai gas berbahaya lainnya seperti ammonia dan nitrooksida. Dengan demikian, semakin banyak sapi, semakin tinggi pula emisi gas rumah kaca yang dihasilkan.
            Segala ancaman yang terjadi sebenarnya adalah tanggung jawab dari masyarakat dan pemerintah. Hanya saja, saat ini belum ada komunikasi yang lebih intens antara pemerintah dan para peternak sapi. Dipandang dari segi ekonomi memang program ini sangat menguntungkan untuk berbagai pihak. Namun, bila dipandang dari segi lingkungan program ini tentu sangat memprihatinkan bahkan bila diteruskan akan mengancam kelangsungan kehidupan.
            Perubahan sekecil apapun sangat berarti bagi kelangsungan kehidupan manusia. Dimulai dari mengubah pola makan dengan memakan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, tentu yang memiliki gizi setara dengan daging agar dapat mengurangi konsumsi daging. Karena sebenarnya, akar permasalahan adalah berasal dari tingginya tingkat konsumsi daging yang menyebabkan pemerintah berusaha memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu, sebagai peternak yang cerdas untuk memanfaatkan limbah ternak agar lebih ramah lingkungan, kita dapat mengolah limbah tersebut salah satunya dengan cara membuatnya menjadi biogas yang juga memiliki manfaat berlebih bagi kita.
Cintai lingkungan sekitar kita, mulai dari diri sendiri dan tularkan kepada orang lain, sedikit tidak tentu dapat membantu bumi kita agar tetap seimbang.
             

 -Artikel ini menjadi juara 1 di lomba menulis Artikel oleh MGMP Geografi Lombok Timur-

0 komentar:

Posting Komentar