Pages

Jumat, 20 September 2013

Kutipan Buku #1

Thinking!

            Dari sekian banyak manusia di dunia, hanya ada sepersekian dari mereka yang benar-benar meluangkan waktunya sejenak untuk duduk dan berfikir, membuat perencanaan dalam hidup mereka, dan berkomitmen menjalankan setiap strategi untuk meraih sebuah pencapaian. Kelompok inilah yang akan mencapai kesuksesan nantinya. Niat dan determinasi yang tinggi.” (Zivanna Letisha)

Sebuah kutipan dari buku perdana milik mantan Putri Indonesia tahun 2008 halaman 54 paragraf kedua. Satu paragraph yang menyampikan sesuatu dengan sangat sederhana tetapi memiliki makna yang mendalam. Benar sekali, hanya ada sepersekian manusia yang survive dalam setiap perjalanan hidup yang ia lewati. Banyak yang lupa bahwa melakukan suatu dengan komitmen itu memiliki andil besar dalam pencapaian yang akan ia gapai.

Perlu digaris bawahi dengan memberi bold dan italic bahwa remaja seperti kita (SMA khususnya) lebih banyak menganggap bahwa masa “putih abu” padahal ada anak SD di daerah ane juga pake seragamnya warna putih abu adalah masa yang semestinya dilewati dengan penuh suka cita dan kebebasan. Kebebasan! Banyak yang salah menafsirkan bahwa bebas itu adalah melakukan sesuatu semau gue. Semau gue! Aturan dikemanain? Hmm, miris memang. Terlebih lagi masa yang dikatakan paling indah itu, disalahgunakan menjadi suatu ”alasan” untuk tidak dituntut. Maksudnya begini, ketika orang menuntut maka ia akan dituntut. Remaja berfikir bahwa, waktu seperti saat SMA ini intesnsitas menuntut mereka kepada orang tua itu berkurang. Mereka tidak menuntut orang tua terus memperhatikan mereka, menuntut orang tua agar memberikan mereka kasih sayang lebih seperti usia belia dulu. Bahkan parahnya, jika mereka diperhatikan, diberi kasih sayang dengan menganjurkan untuk melakukan hal-hal baik, mereka justru mengatakan Ah! masa bodo, ini orang banyak aturan!. 
Hey! Pernahkah kalian hidup sedetikpun tanpa aturan? Merasa bebas bukan berarti lepas dari aturan yang ada. Ok! aku tahu, kalian merasa orang tua itu cerewet, membebani mental, penuntut dll. Tapi, semuanya itu mereka lakukan agar kita itu tahu. Jalan mana yang baik untuk kita tempuh agar tidak tersandung ke pergaulan yang bebas sesat seperti saat.

Coba kita pikirkan..!
Ketika kita di suruh oleh orang tua untuk rajin belajar, maka ketika kita menjadi berprestasi yang pertama kali senang dan puas adalah diri kita sendiri.
Ketika mereka menyuruh kita menjauhi pola hidup boros, kelak ketika kita mengatur uang sendiri maka kita yang akan menuainya sendiri.
Ketika mereka menasehati kita untuk rajin membaca, maka kitalah orang yang menuai wawasan luas itu.
Ketika mereka melarang kita pacaran, tentu saja agar kita terhindar dari marabahaya hubungan ilegal itu.
Ketika mereka menyuruh kita mengenakan jilbab dll, kita sendiri yang akan menuai hasil baiknya.

Pernahkah kita berhenti sejenak memikirkan apa planning yang kita lakukan berikutnya? 
Mungkin ada yang pernah tapi ada juga yang belum pernah! mereka bilang masa depan urusan orang tua Lah? bagian di suruh mengikuti cara yang harus ditempuh oleh orang tua, banyak yang bilang ortu cerewet, ngeyel, dan tua yang menyebalkan. Ehh! jangan salah! Memangnya kapan kita mau memulai memikirkan hidup kita sendiri? kapan? besok? 5 tahun yang akan datang? Setelah tamat sekolah? Kalo udah tua? Jelas saja kesempatan itu semakin lama semakin sulit untuk meraihnya.
Seluruh kompetisi di kehidupan ini semakin hari semakin meningkat. Siapa yang bisa bertahan dan tekun maka ia yang akan bertahan. Bagi pemalas remaja masa bodo yang selalu menunda dan bilang mikirin "itu" ntar-ntar deh, siap-siap aja buat kehabisan tempat dalam kompetisi.
Apakah kita mau menjadi pecundang dan menyadarinya ketika sudah tak ada lagi kesempatan?
Apakah kita akan membiarkan hidup jalan sendiri tanpa dikontrol?
Apakah kita mau waktu mengatur kita?

Makna bebas itu, dimana kita bisa mengatur kehidupan kita dengan baik tanpa ada tekanan dari luar dan dalam bathin kita. Bebas dalam mengatur waktu, bukannya tanpa aturan! Bukannya menjadi pengganggu dan perusuh di kehidupan orang. Bukan menjadi "sampah" masyarakat karena skill kurang dan menganggap kebebasan sebagai kambing hitam. Bukan menjadi brutal karena lupa aturan. Bukan pula orang yang bebas yang melupakan asal muasal.

Bebas itu ketika kita bisa mengendalikan diri, menjalani kebaikan hidup, bukan terikat suatu karya dan tentunya kita selalu dalam lingkaran pikiran dan logika kita. Realistislah dalam bertindak! jangan ikut-ikutan, apalagi ikut-ikutan masalah keburukan.






0 komentar:

Posting Komentar