Pages

Sabtu, 19 Oktober 2013

Kinda

"Ketika kau salah"
            Suatu ketika Kinda sedang mengalami kesulitan untuk membuat garis lurus di pelajaran Seni. Ia sangat kesusahan, padahal sudah berkali-kali ia mencoba tetapi tetap tak membuahkan hasil. Astigmatisme dan Miopi yang ia derita sudah hampir 3 tahun membuatnya harus mengenakan kacamata minus yang cukup tebal. Sedikit kesusahan ia mencoba membuat garis lagi, sudah hampir setengah jalan ia membuat tak sengaja salah seorang temannya menyeggol meja tulisnya. Penggaris yang ia gunakan pun tergeser.  
‘Bruuk!’ tanpa meminta maaf, Rita meninggalkannya begitu saja.

Ia tak bisa berkata apa-apa. Ia memperbaiki kaca matanya yang mulai beruap karena peluh mulai mengucur di kening dan wajahnya.
Akhirnya ia sampai pada titik kepasrahan, sudah begitu banyak lembaran kertas gambar yang ia gunakan ,tanpa membuahkan hasil. Ia tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa. Ia melihat sekeliling kelasnya dan memang semua temannya sedang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.
Akhirnya Kinda mencoba meminta bantuan kepada Hesti teman sebangkunya untuk membuat garis lurus, tetapi Hesti tampak sibuk membuat pola kedua yaitu lingkaran dan mengabaikan Kinda yang sejak tadi meminta bantuannya.
Kinda mencoba meminta bantuan lagi kepada Nizam.
“Maaf Zam, bisa bantu aku buat pola garis gak? Aku sudah coba buat tapi gak bisa,” Kinda menyodorkan kertas gambarnya.
“Aduuuh, kamu jangan ngerepotin ane dulu dah. Ane lagi repot, minta tolong Geri noh!” Kinda berjalan menuju Geri.
“Geri, aku bisa minta tolong buat pola garis gak?”
“Eh? Masa buat garis kamu gak bisa sih Kin? Padahal tuh ada penggaris, pake aja itu!” Kinda terdiam mendengar perkataan Geri.
“Aku gak bisa fokus, mata aku pedih” Kinda pergi meninggalkan Geri. Ia merasa memang tidak ada lagi yang bisa membantunya.
Aku bukannya malas membuatnya sendiri, aku sudah berusaha tapi tetap gak bisa. Maafin aku udah merepotkan kalian.
***
Jam pelajaran pertama usai. Seluruh siswa mengumpulkan tugasnya. Kinda yang gagal membuat pola garis menuliskan catatan kecil di pojok bawah kertas gambarnya.
“Maaf Pak guru, saya tidak bisa membuat pola garis lurus. Oleh sebab itu saya membuat tugas ini ganda tetapi tanpa pola garis lurus”
Ia membuat pola lingkaran, sebanyak dua kali lipat. Karena ia tidak tahu lagi harus bagaimana.
***
“Kin, kamu bisa gak jawab Matematika yang nomer 5?,” Hesti bertanya kepada Kinda. Kinda diam, ia tampak sibuk menulis.
“Kinda? Kamu bisa gak? Minta jawaban kamu dong,” Hesti sedikit memaksa.
“…” Kinda diam dan masih menulis.
“KINDA MARIANA! Kalo orang lagi nanyak itu dijawab dong! Kalo gak bisa ya bilang gak bisa! Ohhh, kamu marah gara-gara tadi aku gak bantuin buat pola garis ya? Ish! Pedendam ya ternyata kamunya!” Hesti yang bosan akhirnya berteriak dengan cukup keras membuat seisi kelas menoleh ke arahnya.
“Kinda kamu..” ia marah dan menarik cukup keras lengan Kinda.
“Auu, maaf Hes, jawabannya dari tadi aku coba gak ketemu,” Kinda memegang lengannya dan menyodorkan kertas yang sedari tadi ia tulis kepada Hesti. Hesti terdiam. Ia tak enak hati menatap Kinda. Malu, sangat malu. Setelah apa yang ia perbuat kepada Kinda ia tersadar bahwa ia salah.
“Kin..” Suara Hesti lirih.
“Iya, kenapa Hes?” jawab Kinda polos.
“Aku malu Kin..”
“Malu?” Kinda bingung dengan ucapan Hesti.
“Ma..aafin aku yaa..” Hesti memeluk Kinda, suara lirihnya membuat air matanya tak terbendung lagi.

Setiap keburukan yang pernah kita dapatkan bukan menunjukkan bahwa kita buruk..
Keburukan hanyalah suatu kesalahan kordinasi otak dan hati nurani seseorang..
Ketika kau memperoleh perilaku buruk, tetaplah kuat dan jangan terbawa hasut..
Iringi semua keburukan itu dengan ketulusan..
Hanya itu!

“Tamparan yang paling keras adalah ketika kau melakukan keburukan pada orang lain namun ia membalasmu dengan kebaikan dan ketulusannya”

0 komentar:

Posting Komentar