Tragedi "29"

Padahal hari ini aku berniat menuliskan cerita suka cita bernyanyi bersama teman-teman semuanya, bergaya dan tertawa khas kita sembari mengisi kekosongan jam pelajaran karena guru sedang "menimba" ilmu. Baru saja, semuanya begitu tenang dan aku sedikit membuka mata untuk menikmati sekolah di masa putih abu. Tapi apa? ternyata hampir sama dengan cerita di novel itu "Sunset bersama Rossie", dentuman Bom di Bali menghancurkan kehangatan dan ketentraman situasi itu. Singkat. Tapi dampaknya berkepanjangan. Ketakutan, jeritan histeris, suara riuh terdengar bak gelombang menghapus jejak di pantai. Ntah, apa yang mereka pikirkan? Hal apa yang terjadi ini semestinya tidak terjadi di lingkungan teraman kami. Semoga, semua bisa membuka mata dan hati. Kita hidup di pulau yang kental akan nuansa Islami, 1000 masjid namanya. Hidup ditengah-tengah suara adzan yang berkumandang setiap waktu sholat. Apa dunia membutakan kita? bukankah sebaiknya hidup berdampingan selaras dan serasi itu lebih baik? bukankah hal "konyol" ini sudah lama berlalu? kenapa? apa belum cukup puaskah? Aku sempat berfikir, apabila hal ini terus terjadi maka tidak lama lagi Alloh akan mengazab kita?! bukankah itu lebih mengerikan? sadarlah, hidup ini singkat. Jangan terbawa nafsu dan terperosok bujukan setan yang terkutuk! kita bersaudara. Semua.

Mungkin diary ku tak akan pantas jika ku tulis dengan hal-hal bahagia saja, hal menyedihkan seperti ini akan menghiasi isinya juga. Ah sudahlah, cukup semua kebodohan yang terjadi oleh orang-orang "menyedihkan" itu. Aku ingin menjadi seseorang yang berguna, bisa melindungi orang lain. Tapi apa? ketika riuh terjadi guncangan di dadaku terasa sesak, gemetar dan kikuk. Semoga cepat usai, aku tak mau menjadi "bodoh" di rumah karena libur selama 4 hari karena hal "buruk" seperti ini!